Pagi ini aku kembali tertegun, menatap hamparan laut yang debur ombaknya telah menjadi sahabat bagi telingaku ini. Aku teringat kembali pada kejadian delapan tahun lalu. Rasanya, masih terlihat jelas gerak geriknya di halaman rumah ini.
Di pesisir pantai yang saat ini semakin terasa gersang. Kerudungku berkelebat tertiup angin laut. Kemudian, seseorang duduk di sampingku. Kopi hitamnya terlihat masih mengepul. Aku sendiri heran. Saat suasana panas macam ini, ia masih saja betah dengan kopi hitam itu. Ah, biarlah, bukankah setiap orang memiliki keunikannya tersendiri?
“ Kau jangan terlalu larut pada masa lalu, Rim!” ujarnya. Aku tersenyum mendengar ucapannya. Aku selalu suka pada kata-katanya. “Masa lalu yang kelam adalah sesuatu yang sudah sepatutnya kita lupakan. Buang jauh-jauh. Tak perlu diingat lagi!” ucapnya semakin berapi-api. Aku semakin melebarkan senyum.
“ Memangnya kenapa?”
“ Jika masa lalu itu hanya membuat kau sakit, kenapa harus kau ingat? Tidak ada gunanya!”
“ Tapi bang! Bukankah dalam masa lalu itu ada orang-orang yang berperan penting untuk membuatnya menjadi indah seperti saat ini? dan kita tidak bisa melupakannya begitu saja bukan?”
Ia menatapku. “Hei darimana kau dapatkan kata-kata seperti itu?”
“ Ayah pernah mengatakannya padaku,”
“ Kapan ayah berkata seperti itu?”
“ Entahlah. Mungkin malam tadi, mungkin kemarin, mungkin satu minggu yang lalu, mungkin satu tahun yang lalu, atau mungkin juga saat kejadian itu,”
“ Karena ialah yang telah menjadi orang yang membuat kehidupanku sekarang menjadi indah,” Aku menarik nafas dalam. Menahan rindu yang teramat sangat pada sosok itu. Ia yang bahkan rela mengorbankan nyawa demi anaknya saat orang-orang tak berperasaan itu datang menghancurkan kampungku. Baiklah, kini bukan lagi saatnya untuk menyesali diri. Biarlah, ia tetap tersenyum di tempat itu. Melihat kelanjutan kisah yang entah kapan berakhir.
Aku menoleh ke samping dan ia sudah berdiri, mengulurkan tangannnya padaku. Aku tersenyum dan menyambut uluran tangan itu. Dan aku semakin yakin bahwa tidak ada skenario Tuhan yang tak indah.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Catatan Titin. Powered by Blogger.
0 comments :
Post a Comment