Senin merupakan hari pertama kesibukan dimulai dalam satu pekan. Di kota-kota besar, biasanya jalanan macet oleh kendaraan yang memulai harinya dengan berbagai aktivitas baru.
Tak jauh berbeda, di Bandung pun begitu. Gedung dengan atap yang meruncing dan jejeran pintu serta jendela yang gagah telah menjadi ciri kota kembang itu. Gedung Sate.
Mungkin bukan untuk pertama kalinya, bangunan ini disambangi oleh mahasiswa. Yang datang untuk menagih janji-janji, yang datang untuk meminta ganti rugi, atau hanya sekedar untuk berfoto selfie.
Kali ini, puluhan mahasiswa kembali datang berkunjung. Dengan berbagai atribut dan propaganda. Menagih janji dari sang penguasa. Penguasa negeri yang entah mungkin sedang bermimpi. Dalam buaian indah sebuah singgasana.
Belum genap satu tahun kepemimpinan, sudah banyak yang berubah dari negeri ini. Harga-harga melambung tinggi, hukum-hukum tak berdaulat lagi, dan rupiah semakin merugi. Presiden Jokowi semakin menjadi.
Di bawah teriknya matahari dengan beralaskan aspal jalanan, para mahasiswa menyuarakan aksinya. Mereka mendengarkan satu komando, untuk tertidur di pekatnya aspal jalanan. "Beginilah keadaan pemerintah saat ini, hanya tertidur dan tidak peduli dengan rakyat. Bilangnya kerja, kerja, dan kerja. Tapi mana hasilnya??" begitu teriakan sang orator.
Ini adalah aksi permulaan, begitu kata mereka. Surat Peringatan (SP) 1 sebagai bentuk kritikan terhadap kinerja yang telah dilakukan. Batasannya hingga 67 hari kedepan. Bertepatan dengan Hari Kebangkitan.
Beberapa yang diajukan diantaranya menurunkan harga-harga, mendukung agenda reformasi berupa pemberantasan korupsi, menegakan kedaulatan hukum, dan wujudkan stabilitas nasional. Sudah terlalu lama, pemerintah Indonesia tertidur. Sudah terlalu lama pula rakyat dibiarkan semakin melarat.
Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Cinta Indonesia dan BEM SI itu berharap agar pemerintah segera bekerja. Bekerja dalam tindakan nyata. Hingga tak ada lagi rakyat yang menderita.
Tak jauh berbeda, di Bandung pun begitu. Gedung dengan atap yang meruncing dan jejeran pintu serta jendela yang gagah telah menjadi ciri kota kembang itu. Gedung Sate.
Mungkin bukan untuk pertama kalinya, bangunan ini disambangi oleh mahasiswa. Yang datang untuk menagih janji-janji, yang datang untuk meminta ganti rugi, atau hanya sekedar untuk berfoto selfie.
Kali ini, puluhan mahasiswa kembali datang berkunjung. Dengan berbagai atribut dan propaganda. Menagih janji dari sang penguasa. Penguasa negeri yang entah mungkin sedang bermimpi. Dalam buaian indah sebuah singgasana.
Belum genap satu tahun kepemimpinan, sudah banyak yang berubah dari negeri ini. Harga-harga melambung tinggi, hukum-hukum tak berdaulat lagi, dan rupiah semakin merugi. Presiden Jokowi semakin menjadi.
Di bawah teriknya matahari dengan beralaskan aspal jalanan, para mahasiswa menyuarakan aksinya. Mereka mendengarkan satu komando, untuk tertidur di pekatnya aspal jalanan. "Beginilah keadaan pemerintah saat ini, hanya tertidur dan tidak peduli dengan rakyat. Bilangnya kerja, kerja, dan kerja. Tapi mana hasilnya??" begitu teriakan sang orator.
Ini adalah aksi permulaan, begitu kata mereka. Surat Peringatan (SP) 1 sebagai bentuk kritikan terhadap kinerja yang telah dilakukan. Batasannya hingga 67 hari kedepan. Bertepatan dengan Hari Kebangkitan.
Beberapa yang diajukan diantaranya menurunkan harga-harga, mendukung agenda reformasi berupa pemberantasan korupsi, menegakan kedaulatan hukum, dan wujudkan stabilitas nasional. Sudah terlalu lama, pemerintah Indonesia tertidur. Sudah terlalu lama pula rakyat dibiarkan semakin melarat.
Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Cinta Indonesia dan BEM SI itu berharap agar pemerintah segera bekerja. Bekerja dalam tindakan nyata. Hingga tak ada lagi rakyat yang menderita.
0 comments :
Post a Comment