Setelah dilantiknya Ridwan Kamil sebagai walikota Bandung, sederet inovasi dan pembaharuan semakin terlihat. Kota Bandung sudah mulai berbenah. Wacana yang baru-baru ini dicanangkan adalah pembangunan kota teknopolis di daerah Gedebage. Perusahaan dari Amerika Serikat pun sudah tertarik untuk membantu Pemkot Bandung untuk pembangunan kota Teknopolis ini.
Namun, hal berbeda diungkapkan oleh Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Dadan Ramdan, selaku Direktur Walhi Jabar mengatakan bahwa hal ini perlu dikaji ulang oleh Pemkot Bandung. Wilayah Kota Bandung yang memiliki luas sekitar 17.000 Ha memiliki luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) hanya 11 %. padahal sebagaimana mandat Undang-Undang Penataan Ruang luas minimal RTH adalah 30%.
Dalam akun twitter @WalhiJabar , mereka berpandangan mengkaji ulang kembali mega proyek harus dilakukan. Kajian yang dilakukan harus mendalam terkait dengan untuk apa dan siapa yang terkait dengan megaproyek ini? Siapa yang diuntungkan dan dirugikan? Lalu apa dampak pmbangunan kawasan teknopolis terhadap keberlangsungan ruang, lingkungan dan ekosistemnya serta wilayah sekitarnya? Dampak sosial dan ekonomi, serta apa manfaat bagi warga dan pemerintah? Dadan Ramdan mngatakan, sprtinya proyek ambisius ini mnunjukkan Walikota sangat haus investasi, bls budi untuk para investor.
Selain itu, ditulis juga oleh @WalhiJabar hal ini menunjukan bahwa Walikota Bandung sudah tidak pro pada keberlanjutan lingkungan hidup. Dari aspek ruang dan lingkungan hidup, kawasan Gedebage mrupakan kawasan tempat parkir air, sekaligus berpotensi banjir. Jika dibangun kemungkinan banjir makin meluas dan pindah ke wilayah sekitarnya. Saat ini dari total wilayah yang ada, luasan sawah yang tersisa hanya sekitar 500 ha. Jadi, kalau dibangun kawasan teknopolis seluas 800 ha, pasti akan menghabiskan lawan sawah, kebun dan tegalan yang ada.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Catatan Titin. Powered by Blogger.
0 comments :
Post a Comment